Di zaman modern seperti sekarang, seorang wanita mungkin tidak lagi dituntut menjadi ahli memasak atau membuat kue.
Tapi bagi saya, memasak atau membuat kue punya sisi lain yang menciptakan kebahagiaan tersendiri. Apalagi setelah anak-anak beranjak besar, dan saya mulai memahami selera mereka.
Bahagia rasanya ketika si sulung Raihan yang biasanya susah makan itu pulang sekolah di sore hari dan bertanya riang, "Bunda ..., Bunda masak apa?"
Saya merasa menjadi begitu berarti, sebab dia merindukan masakan saya, yang terbaca jelas dari nada suaranya. Dan jika jawaban yang keluar dari mulut saya adalah nama masakan kegemarannya, dia pun akan melonjak-lonjak gembira sambil berseru, "Yieeh ...! Mau, Bunda ... Mauuuu...!"
Lalu menyaksikan ia makan dengan lahap, kebahagiaan saya pun semakin berlipat. Si sulung yang kerap susah makan itu, kali ini bisa lahap makan karena menyantap masakan Bunda yang memahami seleranya.
Kalau Aira si anak tengah lain lagi. Dia kerap request dan membantu "menyusun menu" untuk esok hari. "Bunda, besok masak ini sama ini ya ..."
Dan inilah yang membuat saya tiap pagi bersemangat pergi ke pasar, meracik bumbu, dan berpanas-peluh di depan kompor di saat kebanyakan ibu lebih suka menyerahkan urusan ini kepada asisten rumah tangga. Demi kebahagiaan kecil itu: melihat senyum dan binar ceria di mata mereka, diiringi celoteh suara yang terasa sangat merdu di telinga saya: "Enak, Bunda! Besok masak ini lagi, ya!"
(Repost dari web Ibu-ibu Doyan Nulis)
Bunda yang hebat.. masak tiap harii... heee...
BalasHapusSalut buat Bunda Raihan..
www.jualhotlingerie.com
www.myreviewx.blogspot.com