Senin, 21 Januari 2013

Dzikrul Maut dan Doa Kita untuk Mereka

Tiap kali mendengar berita kematian, dan yang meninggal itu adalah seorang ayah, hati saya selalu bergetar.

Saya seperti dibawa pada kenangan beberapa tahun lalu, saat yang berpulang adalah ayah saya sendiri.


Saya tahu rasanya kehilangan ayah.

Maka dengan mudah saya berempati kepadanya. Kepada dia, yang baru saja kehilangan ayah. Dan air mata saya pun bisa ikut mengalir karenanya.

Seperti subuh itu. Ketika saya membaca sebuah status FB, yang ujung kalimatnya membuat saya tersentak.

"Jumat hari baik. Semoga menjadi jalan baginya untuk kembali pada Allah rabbul izzati. Ke tempat terbaik. Selamat jalan papa."


Tanpa sadar, mata saya membasah. Teringat ayah dan tubuhnya yang membujur kaku beberapa tahun silam. Teringat pada mati. Dzikrul maut.

Subuh itu, saya lantunkan doa untuknya, hamba-Nya yang baru saja berpulang. Juga untuk almarhum ayah yang telah menjadi ahli kubur sejak 12,5 tahun yang lalu.

Saya yakin, kekuatan doa mampu meringankan mereka di alam barzakh. Dan jika kita selalu mendoakan mereka yang telah berpulang, terutama orangtua kita, maka semoga kelak, ketika tiba waktunya tubuh kaku berbalut kafan kita menghuni lubang gelap 2x1 itu, kiriman doa dari anak-anak kita dan orang-orang sholeh pun tak henti-henti mengalir untuk kita.

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang tak pernah lupa mendoakan orangtua dan saudara-saudara seiman kita di setiap kesempatan, aamiin.

Elka Ferani, 21 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...